Minggu, 23 Maret 2014

Mati Suri


Sore tadi aku mengantar Uti ke tempat tetangga yang sedang ada acara khitanan. Karena seharian aku bosan di rumah, aku memutuskan untuk ikut Uti. Aku membuntuti Uti masuk ke dapur. Ternyata Ibuku sudah dulu ada di sana. Aku bergabung dengan kelompok ibu-ibu dari berbagai macam usia. Salah satunya Mbah Saginem sekitar 65 tahunan atau lebih. Aku mengambil dingklik kecil dan duduk di sebelahnya. Kuamati Mbah Saginem lebih dalam. Kulitnya yang sudah menghitam dan berkeriput meyakinkanku bahwa beliaunadalah wanita pekerja keras, terutama beraktivitas di luar rumah. Badannya kurus kering hampir terlihat tidak mempunyai daging. Gigi bagian atas yang tinggal satu dan sangat kelihatan ketika berbicara itu membuatku tersenyum. Kelak aku juga akan menjadi sepertimu Mbah, insyaAllah jika Allah masih mengizinkanku menikmati masa tuaku layaknya dirimu kini.

Aku menyimak baik-baik cerita yang diungkapkan oleh ibu-ibu di sekelilingku. Giliran Mbah Saginem yang menjadi tokoh utama cerita kali ini. Sambil kunikmati wedang dan pacitan yang telah disuguhkan di depanku, aku mencoba larut dalam cerita. Berawal dari menanyakan kabar tetangga yang sakit, sampai-sampai Mbah Karni (40th-an) mengingat peristiwa beberapa tahun lalu yang hampir merenggut nyawa Mbah Saginem. Ringkas cerita yang diulang kembali oleh ibu-ibu chef kampung sbb:
Kepulangan Mbah Saginem dari Jakarta waktu itu malah (nyaris) menjadi malapetaka di hidupnya. Ketika masih di perjalanan menggunakan bus beliau sudah merasa tubuhnya tak enak seperti kelelahan dan kurang fit. Semakin lama semakin tak karuan. Dalam hati beliau berdoa “Ya Allah nek aku arep mati ning omah wae aja ning kene, mesakake ndak ngrepoti anakku ning paran kaya ngene.” (Ya Allah kalau aku mau mati di rumah saja jangan di sini, kasihan nanti mereptkan anakku di tempat seperti ini) Bersama dengan anak perempuannya, Mbak Dian, beliau tiba di rumah pagi hari kemudian beres-beres barang bawaan mereka dan langsung istirahat. Sore harinya Mbah Saginem sudah tak merasakan apa-apa lagi. Bahkan, buang air kecil di kasur pun tak terasa. Mbak Dian memanggil tetangga sebelah untuk diminta menjaga Mbah Saginem sementara Mbak Dian berusaha mencari orang untuk mengantar mereka ke rumah sakit.
Sesampainya di RSUD Mbah Saginem sudah benar-benar tak sadarkan diri. Kritis. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa beliau kehabisan cairan dan gulanya naik sangat tinggi. Karena beberapa lama tidak ada perubahan, dokter memperkirakan bahwa sudah tak ada harapan untuk Mbah Saginem. Mbak Dian seketika lemas tak tahu lagi harus berbuat apa. Tetangga yang menunggu di rumah setlah diberi kabar tentang hal tersebut juga ikut giduh. Sudah ada beberapa orang yang membersihkan halaman dan sekitar rumahnya. Ada juga yang memasang lampu di tepi jalan karena agar tak lagi gelap kalau-kalau banyak orang yang datang. Dulu Mbah Saginem pernah berpesan untuk ngrumat sapu yang biasa digunakan untuk membersihkan sampah daun yang berguguran di sekeliling rumahnya. Lucu ya.
Siang itu banyak orang datang membesuk Mbah Saginem, sekedar menanyakan keadaannya ataupun ikut menunggui. Termasuk ibuku. Ibu mendekati Mbah Saginem dan meminta minyak kayu putih atau sebangsanya. Dengan telaten Ibu mengoleskan berulang-ulang pada kedua kaki Mbah Saginem. Tak lama kemudian beliau sedikit bergerak dan akhirnya siuman. Alhamdulillah semuanya lega akhirnya Mbah Saginem sadar dan masih bisa menghirup udara (kurang) segar di ruangan yang berhiaskan tabung oksigen, selang, obat-obatan, dan masih banyak lainnya.
Sekiranya begitu cerita dari ibu-ibu lansia di pawon sore hampir petang itu. Dengan masih tertawa terbahak jika mengingatnya, para superwoman itu melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Tentunya juga masih disambi membahas tentang pengalaman Mbah Saginem menggemparkan kampung. Ada cerita terakhir yang diutarakan Mbah Saginem. Ini cukup membuatku merinding,
“Pas aku ora sadar ki aku kaya ngimpi lunga ning tempat apik banget. Ning taman akeh kembang-kembange wah pokoke apik banget. Ketemu bidadari ayu-ayu tenan sak padha Kiki ngene ki. (secara tidak langsung memujiku seperti bidadari…halah). Gek aku kaya dijak neng ngendi ngono ning aku gur dada-dada. San aku arep mulih aku ora ngerti dalan bali, ora ngerti omahku nengdi. Takon wong ora ana sing jawab. Gek tekan ngarep Pondok kui aku kaya ketemu wong mbuh sapa gek aku wis kelingan omahku sisih ngendi karo wis kelingan nek aku kui kaya ngimpi. Bar kui aku gek tangi. Sujokna aku isih isa tangi, isih urip. Isih isa ngerti anak putuku.”

Subhanallah, Kau Maha Melihat dan Maha Mendengar doa orang-orang di sekeliling Mbah Saginem. Sampai saat ini beliau masih terlihat sehat bugar meskipun sepenarnya setiap hari selalu menegkonsumsi obat-obatan. Mbah Saginem menjadi salah satu orang yang sangat beruntung karena mendapatkan mukjizat dari allah, sekali lagi Maha Suci Allah. Mbah Saginem salah satu orang juga yang sudah pernah merasakan mati suri. Sungguh aku setengah pengen, hihihihi:3
Malamnya aku mencoba mencari tahu dan mengkaji lebih dalam tentang mati suri, errrrrrrrrrr
Mati suri adalah keadaan saat usaha-usaha untuk menghidupkan kembali dilakukan sebelum seseorang menjadi hidup kembali. Perrnapasan, detak jantung, dan fungsi spontan lainnya mungkin masih terjadi, tapi mereka hanya dapat dideteksi oleh sarana artifisial. Banyak cerita misteri yang mengisahkan pengalaman dari orang yang pernah mengalami mati suri seperti ada yang merasa berada di lorong gelap yang terdapat cahaya terang diujungnya. Adapula yang merasa dirinya keluar dari tubuhnya sendiri. Namun hingga kini ilmu kedokteran belum dapat mengungkapkan rahasia dibalik mati suri maupun kebenaran dari pengalaman tersebut.
Beberapa ciri umum ketika seseorang mati suri, yaitu:

1. Perasaan ketenangan, perasaan ini kemungkinan meliputi kedamaian, penerimaan kematian, emosional dan kenyamaan fisik.

2. Intensitas murni cahaya terang yang tidak menyakitkan, intensitas cahaya ini terkadang memenuhi ruangan tapi ada juga seseorang hanya melihat cahaya yang berasal dari surga atau Tuhan.

3. Pengalaman keluar dari tubuh (out-of-body experience/OBE), orang merasa telah meninggalkan tubuhnya dan bisa melihat dokter yang bekerja padanya.

4. Memasuki alam atau dimensi lain, hal ini biasanya tergantung dari keyakinan dan pengalamannya.

5. Berjalan di terowongan, banyak orang yang mati suri menemukan dirinya berada di terowongan dengan cahaya di ujung dan bertemu dengan makhluk roh lainnya.

6. Dapat komunikasi dengan roh, sebelum mati suri berakhir banyak orang yang melaporkan dapat berkomunikasi dengan roh lain dan diperintahkan untuk kembali ke tubuhnya.
id.wikipedia.org/wiki/Mati_suri
info-misteri.blogspot.com/2012/08/pengertian-mati-suri-dan-penjelasanya.html

Ya seperti itulah kira-kira, aku baru bisa browsing sedikit. Lain kali kita berbagi cerita, pengalaman, ilmu juga jangan lupa ya. selama kita masih diberikan kesempatan untuk melakukan segala hal di muka bumi ini, pergunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin. Kita takkan pernah tahu kapan malaikat Izrail mendatangi kita, wallahualam. So, hargailah tiap waktu yang kamu punya, manfaatkan barang sedetik :)