Aku masih di sini untuk setia. Setia – Jikustik.
Persembahan terindah untuk seseorang yang telah mangajariku untuk menelaah bahwa cinta tak cukup hanya dengan setia.
Persembahan terindah untuk seseorang yang telah mangajariku untuk menelaah bahwa cinta tak cukup hanya dengan setia.
Malam ini aku benar-benar tak bisa meghilangkan sedikitpun bayanganmu di pikiranku. Usai kubersujud pada-Nya aku memohon ampunan dan melantunkan berbait-bait permohonan. Seraya menengadahkan kedua tanganku, aku mengemis pada-Nya. Tak pernah kulupa untuk selalu menyebutkan nama indahmu. Airmataku berloncatan satu demi satu dari pelupuk mata yang sudah tak sanggup menahannya. Bukan kali pertamanya. Kalaupun aku salah menangisi seseorang sepertimu, biarkan aku melakukannya sebagai kesalahan terindah. Namun kurasa aku tak pernah salah, hanya aku tak tahu sebab kumenangisimu. Tak jauh berbeda dengan dahulu saat kita masih belum seperti ini. Ada sekelebat kenangan yang berseliweran di sel-sel otak ketika aku sedang tidak fokus dengan apa yang ada di depan mata. Aku tak pernah memaksakan bahwa kau harus selalu di sampingku. Dan ketika mengingat kali ini kau sedang tak di sampingku aku hanya mengimajinasikan hangat tubuhmu sedang menjagaku di manapun aku.
Seketika aku langsung menghubungimu. Dan jadilah “Dialog 8 Januari” via pesan singkat:
“Bang, td hbs sholat aku kepikiran bgt bgt bgt :3”
“Kpkrn apa dek?”
“Abang lah. Hehe”
“Kpkiran gmna?he”
“Kangen dipeluk Abang :’)”
“Kok kangen dipeluk to?he”
“Gaktau Bang, tanpa alas an hihi”
“Hay ohayo,he”
“Rindu masa2 kita berdua dulu, hehehe”
“Ksbb ya?he”
“Iyanih. Gimana kabarnya hatimu Bang? Jauh lbh bahagia bukan? :)”
“Biasa aja dek, hehe”
“Flat? Gimana bisa Bang? :f”
“Yo gaktau ding,he”
“Mungkin aja Abang udah berdamai dgn hati sendiri :’)”
“Yo gaktau dek,he”
“Padahal aku udah bahagia krn liat Abang jg jauh lbh bahagia :’)”
“La adek gmna?”
“Aku bahagia krn Abang selalu saja membuatku memenjarakan rasa cinta. Lalalalala”
“Kok gitu?”
“Setelah peristiwa 4bulan yg lalu Abang masih tetap jd yg kuspesialkan, kupinta dlm tiap keberadaan meski sudah tak ada ikatan. Rasanya ingin terus mengucapkan terimakasih :’)”
“Apa udah ada 4bln to?”
“Udah Bang, time is running faster :’)”
“Gak terasa,he”
“Ya begitulah waktu berjalan, dan begitu juga roda berputar :’)”
“Hehe, iya dek”
“Selalu kudoakan kebahagiaanmu Bang, smg mengantarmu pada sesuatu yg bermakna :’)”
“Amin dek, saling mendoakan:)”
“InsyaAllah, amin J))”
“Yaudah gek istirahat Bang, oyasuminasai =)”
“Okedeh dek,he”
And remember me tonight when youre asleep. Fall for You – Secondhand Serenade
Untuk seseorang yang dulu selalu mengingatku sebelum bermimpi untuk bertemu denganku lagi
Sebelum “Dialog 8 Januari” sempat ada percakapan kecil, juga via pesan singkat. Awalnya aku tak tahu apa yang dapat memotivasimu untuk menghubungiku hampir tengah malam dan mengirimkan pesan kosong. Aku baru membukanya di pagi hari karena aku sangat kelelahan. Lelah menunggumu. Loh kok menunggu sih? Halah. Hanya berani membuka dan membaca. Malamnya ketika aku sedang bermalam di rumah teman, aku sempatkan untuk menghubungimu. Awalnya aku hanya mengajakmu bercanda saja. Menanyakan padamu kenapa namamu muncul di pesan masukku tetapi tak ada isinya apa-apa.
“Kangen ya?” Ah pertanyaanku!
“Bisa jadi :)” Ah jawabannya!
Tolonglah gadis mungil yang malang ini untuk menterjemahkan 2 kata dan 1 emoticon itu. Tolong! Hampir semua balasannya diakhiri dengan emot smile yang membuatku menggebu-gebu untuk sesegera mungkin bertemu denganmu dan melihat kamu menyunggingkan senyum untukku. Secepat kilat aku memberhentikan semua khayalan yang dengan bahagia berkecamuk dalam akal sehatku. Apakah benar masih sehat? Aku sendiri tak tahu jawabannya.
Beberapa waktu setelah itu, ketika aku sedang mengikuti pelajaran di kelas dengan Ibu Guru yang mengajar mapel Pendidikan Kewarganegaraan. Karena beliau mengizinkan penghuni kelas untuk mengakses internet, aku malah memanfaatkan untuk membuka jejaring sosial, facebook. Sebentar saja, aku juga takut ketahuan. Hihi. Terkejut bukan main aku mendapati nama yang tertera di beranda. Ada di bagian teratas.
“Kapankah akan bertemu, meski hanya sekilas melihat senyummu”
Aku tak mau jadi orang yang kePDan, keGRan atau apapun yang membuatku jadi merasa tulisan itu ditujukan padaku. Aku memang ingin melihat senyumnya, namun apa artinya kau juga harus merasakan hal yang sama? Jika memang benar itu untukku kemanakah kau selama ini menyembunyikan kalimat itu untuk ditujukan padaku saja, bukan untuk khalayak umum seperti ini. Apa mungkin juga kamu masih mempunyai rasa rindu padahal belum tentu kamu selalu mengganggap keberadaanku? Aku sama sekali tak keberatan bila harus kau pikirkan saat kamu akan terlelap di tiap malammu, seperti saat kita belum berpisah. Di sisi lain, aku juga harus mengontrol “ego”. Jangan senang dulu, belum tentu itu buatmu! Mungkin saja untuk oranglain yang juga jarang bertemu denganmu. Ya entah siapa aku juga tak tahu.
Tetapi esok nanti kau akan tersadar, kau temukan seorang yang lebih baik. Mesin Penenun Hujan – Frau Leilani
Tertuju pada sseorang yang mungkin sedang dalam perjalanan menemukan sesuatu yang lain, terlebih yang baru.
Siang itu aku benar-benar kacau. Kacau sekacau-kacaunya kacau. Aku baru saja melewati rumahmu, dari kejauhan aku sudah melihatmu bertelanjang dada. Kamu bersama teman-temanmu. Seperti tak sadar. Aku tak berani melihatmu dan gerombolan teman-temanmu. Fokus ke dapan, ke jalan! Setelah lama tak bertemu denganmu, ketika diberi kesempatan aku malah tak menggunakannya dengan benar. Dan betapa konyolnya wajahku waktu itu. Pucat pasi. Darahku rasanya berhenti mengalir. Detak jantungku nyaris seperti suara bedug di masjid. Tanganku tak henti-hentinya bergetar sendiri. Ujung jemari kakiku serasa membeku. Ini berlebihan! Secepat mungkin aku mencoba menstabilkan tubuhku agar kembali seperti semula. Tapi tetap tidak bisa.
Keadaanku masih belum membaik. Aku harus menerima kenyataan pahit bahwa lawan bicaraku sekarang sedang membicarakanmu. Mengatakan padaku bahwa kamu sekarang sering berhubungan dengan teman satu clubmu yang tepatnya adik kelasku sendiri. Dan yang lebih menakutkan lagi, dari awal aku sudah berperasaan buruk terhadapnya. Lagi-lagi perasaanku kacau ketika aku dikejutkan dengan seorang nama perempuan adik kelasmu berinisial A (aku lupa siapa namanya) yang katanya itu bribikanmu (alias gebetan). Seketika tubuhku lemas dan menjatuhkannya ke sofa. Hatiku runtuh. Aku tak tenang. Pikiranku jauh menerawang. Ingin segera aku mengakhirinya. Namun apa daya, aku tak kuasa menahannya. Waktu semakin berjalan dan terus berjalan.
Sesampainya di rumah aku tersungkur di kasur. Menumpahkan segala rasa kesal dan sesal yang membara di dada. Aku menangis sejadi-jadinya. Tak ada yang bisa menghentikannya. Berulang kali kusebut istighfar-Nya, takbir-Nya, dan tasbih-Nya. Aku masih beroptimis bahwa dirimu akan kembali padaku, jika bukan sekarang pasti di waktu yang akan datang. Amin.
Yang nggak ikhlas kamu dapet penggantiku. Bener-bener nggak khlas :’(
Aku masih ingat betul kata-kata itu pernah aku utarakan untuknya. Betapa jahatnya aku. Tak memberikan oranglain berkesempatan memilikimu. Begitu juga denganmu yang tak kuberikan izin untuk memberikan perasaanmu pada oranglain. Tapi celakanya, aku memang benar-benar jahat dengan cara itu. Padahal semua sudah digariskan oleh-Nya. Jangan biarkan aku terus seperti ini yaAllah. Berikan aku hati yang selalu ikhlas menerima segala yang kau berikan padaku. Maka aku akan senantiasa bersabar ketika kau limpahi masalah besar.
Setelah itu, aku mengubah cara pandangku. Membuka pikiran seluas mungkin. Di muka bumi ini bukan hanya aku perempuan kamu cinta, masih ada di luar sana yang ingin merasa seperti aku untuk mendapatkan cintamu. Bukan hakku lagi untuk memaksamu menuruti semua kemauanku. Bukan saatnya lagi aku menahanmu untuk tetap ada di sampingku. Ku harap kamu tahu. Aku hanya seperti kupu-kupu kecil yang hinggap kehidupanmu dan akan melangsungkan hidupnya hingga selesai bermetamorfosis. Tetapi selama ini kau telah memelihara kupu-kupu kecil itu dengan sebagaimana mestinya. Padahal si kupu-kupu kecil selalu beterbangan di sekelilingmu untuk mencari bunga cinta yang tumbuh pada dirimu. Sudah sepantasnya kau mendapatkan balasan karena kupu-kupu kecil itu juga ciptaan-Nya yang harus kamu jaga.
Salam hangat dari yang masih mencinta dengan sangat.